Negeri kita Indonesia ini memiliki banyak sekali peninggalan bersejarah yang memiliki nilai historis, budaya, ilmu pengetahuan dan seni yang sangat tinggi. Tidak heran jika negeri kita yang tercinta ini dikunjungi oleh banyak wisatawan dari negeri sendiri maupun negeri asing. Peninggalan mulai dari zaman kerajaan hindu dan budha meliputi candi dan arca. Ada juga dari zaman kerajaan bercorak islam yang meninggalkan masjid, keraton dan makam yang dikeramatkan. Lalu memasuki zaman penjajahan, cukup banyak peninggalan Belanda berupa benteng dan sebagainya. Berikut adalah dua puluh contoh bangunan bersejarah di Candi PrambananCandi Prambanan adalah peninggalan dari Dinasti Sanjaya. Candi yang bercorak hindu ini diawali dengan legenda Roro Jonggrang. Merupakan candi peninggalan agama hindu terbesar di Indonesia dan termasuk beberapa candi terkenal di kawasan Asia Tenggara. Candi yang memiliki nama lain sebagai kompleks Seribu Candi ini juga punya banyak candi dengan candi utama setinggi 47 meter. Seolah terlihat untuk menandingi Candi Borobudur, melambangkan kejayaan Hindu dan meredupnya zaman kerajaan Buddha di Nusantara ini. Pembangunan Candi Prambanan adalah lambang pemujaan untuk Dewa Siwa. Dewa Siwa adalah dewa pelebur yang melebur segala sesuatu yang tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan ke tempat asalnya. Prambanan berada di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengahdan merupakan Candi di Klaten. UNESCO menobatkan Candi Prambanan sebagai Situs Warisan Dunia Candi BorobudurSelain Candi Prambanan, Candi Borobudur juga dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO dan Candi Terindah di Dunia. Candi yang menjadi keajaiban dunia ini dibangun di era Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra Tepatnya pada tahun 825 M. Candi peninggalan Budha terbesar sedunia memiliki tinggi 42 meter dengan 10 tingkat. Semuanya mewakili kamadhatu yang berarti manusia yang terikat hawa nafsu, rupadathu yang berarti manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu, tapi masih terikat rupa dan bentuk, dan arupadhatu yang berarti manusia yang sudah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Arsitek Borobudur, Gunadharma, membuat 2672 panel relief atau setara dengan panjang 6 dibuat secara runtut searah jarum jam. Candi Borobudur dibuat dengan kemampuan dan teknik yang sangat tinggi. Bahannya terbuat dari batu kali yang tersusun dengan baik dengan teknik interlock atau saling mengunci satu sama lain. Borobudur berhiaskan 504 patung Buddha. Kubah utama Borobudur dikelilingi oleh 72 patung Buddha. Semua patung buddha itu masing-masing duduk di dalam stupa berlubang. Letak Borobudur berada di Kota Magelang Provinsi Jawa Tengah. Biasanya menjadi satu paket wisata dengan Lawang SewuSejarah Lawang Sewu adalah bangunan bersejarah di semarang peninggalan era penjajahan Belanda yang terletak di sejarah Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah dan menjadi Bangunan Bersejarah di Indonesia. Dulu digunakan sebagai Kantor Perusahaan Kereta Api Hindia Timur. Dalam Bahasa Jawa, Lawang Sewu berarti seribu pintu. Memang jumlah pintu di Lawang Sewu yang didirikan pada tahun 1907 ini sangat banyak. Tapi aktualnya tidak mencapai 1000 pintu. Lawang Sewu ini memiliki tiga lantai, berarsitektur khas Belanda, memiliki pintu dan jendela yang cukup banyak. Memasuki lantai utama, tepatnya di dekat tangga sebelum naik lantai dua, ada sebuah lukisan dua wanita Belanda yang sangat indah. Keunikan arsitektur Lawang Sewulah yang membuatnya menjadi tempat wisata eksotik yang sangat diminati berbagai wisatawan Gedung SateJangan mengartikan atau membayangkan Sejarah Gedung Sate seperti gedung yang bentuknya seperti sate atau sebuah gedung yang menjadi tempat menjual berbagai jenis sate. Sejarah Berdirinya Gedung Sate yang dibangun pada tahun 1920 ini mempunyai ciri khas yang unik, yaitu ornamen enam tusuk sate yang berada di atas menara sentral sebagai wujud dari enam juta Gulden yang dihabiskan untuk pembangunannya. Kepopuleran gedung ini tidak hanya di Bandung tapi juga di Jawa Barat. Hingga saat ini, Gedung Sate masih terawat dan digunakan sebagai pusat pemerintahan Kota Bandung. Arsitektur Gedung sate cukup megah, memiliki nilai budaya dan nilai sejarah. Waktu dibangun, butuh dua ribu pekerja dari berbagai Kelenteng Sam Po KongKelenteng Sam Po Kong dulunya dikenal dengan nama Gedung Batu karena arsitekturnya mirip dengan gua batu besar di bukit batu dan gabungan antara arsitektur lokal dan Cina.. Kelenteng ini merupakan dulu digunakan sebagai tempat pesinggahan Sam Po Tay Djien atau yang lebih dikenal sebagai Laksamana Cheng Ho dari Cina dalam pelayaran. Sekarang digunakan sebagai tempat peringatan dan Masjid IstiqlalBangunan Bersejarah di Indonesia selanjutnya adalah Masjid Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara dan Asia Timur. Masjid yang artinya “Kemerdekaan” dalam Bahasa Arab ini dirancang oleh Friedrich Silaban pada tanggal 24 Agustus 1951. Berarsitektur Islam modern internasional yang menggunakan bentuk-bentuk geometri sederhana yang dihiasi beberapa ornamen. Arsitektur Timur Tengah yang berupa kaligrafi juga menghiasi bagian dalam kubah Keraton YogyakartaSejarah Museum Keraton Yogyakarta adalah istana resmi Kesultanan Yogyakarta yang terletak di Kota Yogyakarta. Secara resmi, Kesultanan sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia. Tapi bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai rumah sultan dan yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Sebagian kompleks keraton berguna untuk menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan. Seperti berbagai pemberian dari bangsawan Eropa, replika pusaka dan gamelan. Dari segi arsitekturnya, keraton ini merupakan contoh arsitektur istana khas Jawa yang terbaik, punya balairung-balairung mewah dan paviliun yang Keraton SurakartaKeraton Surakarta adalah istana resmi Kesunanan Surakarta yang berada di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Keraton Surakarta merupakan objek wisata yang menjadi ikon Kota Solo. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono Kedua pada tahun 1744. Tempat ini digunakan sebagai kediaman raja, tempat koleksi patung, pusaka dan senjata kerajaan. Titik yang menarik yaitu Menara Sanggabuwana yang menurut cerita adalah tempat bertemunya Ratu Laut Selatan dengan Istana BogorSejarah Istana Bogor adalah bangunan bersejarah di Indonesia. Istana ini dibangun pada bulan Agustus 1744. Awalnya Istana Bogor merupakan bangunan tiga tingkat yang digunakan sebagai rumah peristirahatan. Dirancang dan dibangun oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff yang terinpirasi dari kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Setelah rusak pada tahun 1834, Istana Bogor dibangun kembali pada tahun 1850, tetapi kini sudah tidak bertingkat karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa. Ketika tahun 1950, bangunan ini diresmikan sebagai Istana Kepresidenan Benteng RotterdamBenteng Ujung Pandang atau lebih dikenal dengan Fort Rotterdam adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Jika anda ingin mengunjungi Benteng Rotterdam, letaknya berada di sisi selatan Kota Makassar. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Benteng VredeburgPemerintah Belanda membangun benteng ini pada tahun 1765. Benteng Vredeburg mempunyai parit yang mengelilinginya. Selain itu juga memiliki menara pengawas di keempat sudutnya dan tempat yang memungkinkan tentara Belanda agar bisa berjalan berkeliling sambil berjaga dan melepaskan tembakan jika kondisi tidak aman. Kini Benteng Vredeburg dialihkan menjadi Istana MaimunIstana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang menjadi salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Memadukan unsur Islam, India, Melayu dan Spanyol. Dirancang oleh arsitek Italia dan didirikan oleh Sultan Deli yang bernama Sultan Mahmud Al Rasyid. Luasnya sebesar m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari dua lantai dan memiliki tiga bagian bangunan yaitu bangunan induk, bangunan sayap kanan dan bangunan sayap kiri. Istana Maimun ini menghadap ke arah utara. Di sisi depan ada Masjid Raya Taman SariTaman Sari ini dulunya adalah tempat rekreasi untuk para keluarga kerajaan. Selain jadi tempat rekreasi, tempat ini juga digunakan untuk benteng pertahanan yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan. Istana Air Taman Sari ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Taman Sari sekarang telah menjadi salah satu tempat wisata sekaligus cagar budaya yang telah dilestarikan, dijaga dan dirawat sampai saat ini. Jika anda berkunjung ke tempat ini, anda akan menemukan kolam pemandian, danau dan pulau buatan, jembatan gantung dan taman. Tempat ini punya arsitektur yang sangat unik dan indah sekali14. Masjid Agung DemakPada saat Wali Songo menyebarkan agama Islam di Jawa, tentu tak lepas dari peran penting Masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan Raden Patah sekira 1401 Saka atau 1479 Masehi. Secara arsitektur, bangunan Masjid Agung Demak punya ciri khas yang menarik. Seperti atap yang bercorak Hindu, memiliki kolam wudhu, dan memiliki Saka Masjid Menara KudusMasjid yang didirikan oleh Sunan Kudus tahun tahun 1549 M atau 956 H ini dulunya bernama Masjid Al Aqsha. Nama Kudus sendiri tertulis di sebuah prasasti yang terpasang di bagian atas mihrab dan menyatakan bahwa masjid itu bernama Masjid Al Aqsha di negeri Al Quds. Nama masjid Kudus mulai terkenal ketika proses pengislaman di tanah Jawa sudah Gereja KatedralGereja Katedral adalah salah satu bangunan yang menjadi cagar budaya. Letaknya berada di Jakarta. Pembangunan gereja yang bernilai sejarah ini dimulai ketika Paus Pius VII melantik pastor Nelissen sebagi pengawas Hindia Belanda pada tahun 1807. Setelah dilantiknya Pastor Nelissen ini, dimulailah penyebaran misi dan pembangunan gereja katolik di Jakarta. Lalu berdirilah Gereja Katedral Masjid Agung BantenMasjid Agung Banten merupakan masjid tertua di Indonesia yang punya banyak nilai sejarah. Setiap hari, masjid ini dikunjungi para peziarah yang kebanyakan datang dari Pulau Jawa. Yang unik dari masjid ini adalah bagian menaranya. Bentuknya mirip dengan bangunan mercusuar. Dulu, masjid ini dibangun Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Masjid Raya BaiturrahmanMasjid Raya Baiturrahman adalah bangunan bersejarah di aceh, masjid peninggalan Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1612. Masjid ini penuh dengan kisah sejarah tentang perlawanan rakyat Aceh melawan Belanda. Bahkan masjid ini pernah dibakar oleh Belanda pada tahun 1873. Tapi untuk meredam kemerahan rakyat Aceh, Belanda membangun lagi Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 1877. Saat itu Kesultanan Aceh di bawah pemerintah Sultan Muhammad Daud Gereja BlendukGereja Blenduk adalah Gereja Kristen yang berada di Jawa Tengah. Dulu dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada tahun 1753 dan berbentuk segi enam. Nama Blenduk merupakan julukan dari masyarakat setempat yang bermakna kubah. Gereja ini masih aktif digunakan. Di sekitar gereja ini ada sejumlah bangunan lain dari masa penjajahan Monas Monumen NasionalSelain dua puluh bangunan di atas, cukup banyak bangunan bersejarah lain yang perlu anda ketahui. Seperti bangunan bersejarah di Sabah, bangunan bersejarah di Johor, bangunan bersejarah di Asia, bangunan bersejarah di Semarang, bangunan bersejarah di Perak dan bangunan bersejarah di Pulau Pinang.
Didugabangunan kuno ini merupakan candi tertua di Jawa Timur, dibangun jauh sebelum masa pemerintahan Airlangga, yaitu masa dimulainya pembangunan candi-candi lain di Jawa Timur. Sebagian ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Badut dibangun atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam Prasasti Dinoyo yang berangka tahun 682 ArticlePDF Available AbstractPeninggalan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa-sisa reruntuhannya, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Pada awalnya, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan candi Yajamana, bersama para pekerjanya Silpin, harus menghubungi Maha Brahma. Kemudian berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi yang paling digemari adalah lahan dekat aliran sungai, khususnya daerah pertemuan dua sungai tempuran. Material yang digunakan untuk pembanguan candi banyak macamnya, namun yang paling sering ditemukan adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi di areal persawahan, sedangkan batu andesit biasanya pada candi di dekat sungai. Tulisan ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta efeknya pada kekuatan dan keindahan bangunan candi. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur, baik terhadap buku, laporan, ataupun artikel serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan material candi di Indonesia, baik batu andesit maupun batu bata merah, sama-sama menghasilkan kekuatan dan keindahan dengan ciri khas masing-masing. Keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan, walaupun berbeda fungsi, tergantung lokasi candi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Human Narratives September 2020, pp. 33-38 e-ISSN 2746-1130 33 PILIHAN MATERIAL BANGUNAN PADA CANDI Bambang Perkasa Alam Program Studi Arsitektur, Universitas Indraprasta PGRI Abstrak. Bangunan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa reruntuhan bangunan tersebut, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Material yang digunakan untuk membangun candi, yang paling sering dijumpai adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi yang ditemukan di areal persawahan dan jauh dari gunung berapi, sedangkan yang menggunakan batu andesit biasanya di dekat sungai, tidak jauh dari gunung berapi. Artikel ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta faktor yang memengaruhinya. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi kepustakaan, di mana sumber informasi utamanya adalah buku, laporan, artikel ilmiah, serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa pilihan material pembangun candi tidak terkait secara langsung dengan periode pembangunannya, melainkan dengan ketersediaan bahan yang dipengaruhi oleh lokasi pembangunan, serta terkait dengan tingkat kesakralan bangunan yang hendak didirikan. Kata kunci batu andesit, batu bata, candi, material Abstract. Temple buildings were often found in a state of disrepair. However, behind the ruins of the building, there were still traces of the construction process. The materials used to build temples, which were most often encountered were andesite and red bricks. Red brick material was usually used in temples found in rice fields and far from volcanoes, while those that used andesite stones were usually near rivers, not far from volcanoes. This article discusses the differences in the use of the temple building materials and the factors that influence them. This study used qualitative methods. Data were collected through literature studies, where the main sources of information were books, reports, scientific articles, and semi-documentary films about the excavation of temples in several places in Indonesia. The results of the discussion showed that the choice of temple building materials was not directly related to the construction period, but with the availability of materials which is influenced by the construction location, as well as the sacred level of the building to be erected. Keywords andesite stone, red bricks, temple, material Correspondence author Bambang Perkasa Alam, Jakarta, Indonesia Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak candi yang tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan Bali, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan Soekmono, 1995. Secara umum, pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat menggunakan candi sebagai tempat pemujaan dewa dan dewi Soekmono, 1973 81. Akan tetapi, terdapat perbedaan fungsi candi pada agama Hindu dan Budha. Bagi agama Hindu, candi lebih merupakan penanda kekuasaan, sedangkan agama Budha menempatkan candi sebagai tempat peribadatan. Selain tempat ibadah, beberapa bangunan yang tidak dilengkapi simbol-simbol keagamaan juga tetap dinamakan candi, termasuk bangunan-bangunan yang dipergunakan sebagai pintu gapura, tempat pemandian, istana, penanda kekuasaan, ataupun sebagai makam para raja. Arsitektur bangunan candi dirancang dengan sentuhan seni yang tinggi. Kualitas estetis ornamen ukiran maupun seni pahat yang terdapat pada candi mengisyaratkan bahwa pada eranya, kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha memiliki arsitek-arsitek dengan keahlian yang mumpuni. Keberadaan relief yang biasa menghiasi bangunan candi juga menunjukkan bahwa pada masa itu keindahan seni telah mendapat perhatian dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, khususnya di lingkungan kerajaan. Padanan untuk istilah candi dalam bahasa Inggris, temple,’ berasal dari bahasa Latin templum,’ yakni bangunan yang dikhususkan untuk ritual, kegiatan spiritual dan/atau keagamaan, seperti kegiatan doa dan pengorbanan Soekmono, 1973. Jika dikembalikan kepada pengertian dasarnya dalam bahasa Indonesia, maka istilah candi dapat mencakup pula semua bangunan bersejarah Hindu–Budha yang terdapat di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia Dumarcay. Candi memiliki rupa dan fungsi yang sangat beragam, dan dianggap sebagai tempat bersemayamnya satu atau beberapa dewa. Secara historis, keberadaan candi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan agama Hindu–Budha di Jawa sejak abad ke-7 sampai abad ke-14, serta di daerah Sumatera dan Kalimantan Supriatna, 2006. Bukan hanya rupa dan fungsinya, material pembuat candi pun bermacam-macam, antara lain batu granit, batu bata, dan batu kapur. Keragaman material inilah yang menjadi pokok diskusi dalam artikel ini. Apakah yang menjadi penyebab keragaman pemilihan material tersebut? Apa pula alasan penggunaan suatu material pada candi-candi tertentu? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kajian kepustakaan. Sumber data yang digunakan antara lain artikel jurnal ilmiah, majalah, buku, maupun artikel-artikel dari sumber daring di internet. Selain itu, data yang dibutuhkan juga diambil dari sumber berupa film tentang penggalian arkeologis di situs candi. Bambang Perkasa Alam © 2020 This work is licensed under a CC-BY-NC HASIL DAN PEMBAHASAN Candi dan Material Pembangunnya Bangunan candi sering kali dihubungkan dengan monumen sebagai tempat pendharmaan untuk memuliakan raja yang telah wafat. Namun demikian, candi bukanlah makam, melainkan bangunan kuil Soekmono, 1973 241. Selain merujuk pada bangunan tempat ibadah agama Hindu-Budha, kata candi juga dipergunakan untuk menyebut bangunan istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya Maryanto, 2007 8. Menurut Yudoseputro 1993 118, bangunan candi digunakan sebagai bangunan suci, namun di India sendiri, bangunan candi tidak digunakan sebagai tempat ibadah. Di India, bangunan kuil untuk menyelenggarakan upacara agama Hindu disebut vimanna rumah dewa atau ratha kendaraan dewa, sedangkan untuk ibadah agama Budha disebut stupa. Sebutan candi di Indonesia merujuk pada bangunan dengan bermacam-macam fungsi, yaitu kuil Hindu, stupa dan wihara Budha, pemandian, pintu gerbang gapura, ataupun candi sebagai bale kambang, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah raja, tempat pemujaan atau bersemayam dewa. Walaupun fungsinya bermacam-macam Dumarcay candi diartikan juga sebagai replika rumah tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru Supriatna, 2006. Mengingat fungsinya yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan Hindu dan Buddha pada masa lalu, sejarah pembangunan candi juga tak dapat dilepaskan dari sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14. Bangunan candi banyak mendapat pengaruh dari India, misalnya dalam aspek teknik bangunan, gaya arsitektur, dan ornamen atau hiasan. Walaupun demikian, arsitektur candi di Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik konstruksi, maupun corak dekorasinya. Hal ini karena pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat juga sangat kuat. Dinding candi biasanya dihiasi relief tentang ajaran atau cerita tertentu. Aturan pembuatan bangunan gapura atau candi yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India dimuat dalam sejumlah kitab keagamaan, antara lain Manasara dan Sipa Prakasa. Para seniman candi pada masa itu percaya bahwa ketentuan-ketentuan di dalam kitab-kitab keagamaan tersebut bersifat suci dan magis. Bangunan yang dibuat secara benar dan indah mempunyai arti tersendiri, baik bagi pembuatnya maupun penguasa yang memerintahkan pembangunannya, dan akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Oleh karena itu, ketika akan membuat gapura, persiapan dan perencanaan yang matang harus dilakukan, baik secara keagamaan maupun teknis. Salah satu bagian penting dalam perencanaan teknis adalah membuat sketsa yang benar agar dapat dihasilkan bangunan seperti yang diharapkan. Sketsa ini harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu terkait bentuk, ukuran, maupun posisi dan tata letaknya. Jika dalam proses pendirian bangunan terjadi penyimpangan atau keluar dari ketentuan-ketentuan di dalam kitab keagamaan, maka akan berakibat pada kesengsaraan besar bagi pembuat maupun masyarakat sekitarnya. Namun demikian, meski ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya, suatu kebudayaan, termasuk seni bangunan, akan selalu dipengaruhi oleh keadaan alam dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC Pada awal proses pembangunan candi, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan Yajamana, bersama para pekerjanya Silpin, harus menghubungi Maha Brahma. Selanjutnya, berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi pembangunan candi yang paling baik adalah dekat sungai, terutama pertemuan dua aliran sungai yang disebut sebagai tempuran. Pada umumnya, candi terbuat dari batu hitam yang disebut batu candi, yang sebenarnya adalah batu andesit. Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik ekstrusif. Batuan jenis ini sering dipergunakan pada bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Batuan ini terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900– Celcius. Mineral-mineral yang terkandung di dalamnya bersifat mikroskopis, antara lain silika SiO2 sejumlah kisaran 52-63%, kuarsa sejumlah kisaran 20%, biotite, basalt, feltise, plagiocase feldspar, pyroxene clinopyroxene dan orthopyroxene, serta hornblende dengan persentase sangat kecil Hannigan. Batu andesit dapat dikatakan bernilai seni tinggi karena memiliki komposisi dan tekstur spesifik yang dapat dipahat. Batuan ini biasanya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi, seperti di Majalengka, Cirebon, dan Tulung Agung. Motif batu andesit pada umumnya ada dua jenis, yaitu polos dan berbintik. Batu andesit polos terbentuk akibat sedimentasi, mempunyai tingkat kekerasan density sangat tinggi, dan porositas rendah, sehingga teksturnya halus sekali. Pada umumnya jenis batu ini berwarna gelap atau hitam. Oleh karena sifatnya yang keras dan porositasnya kecil, batu andesit tidak mudah kotor. Beberapa candi yang terletak di daerah Dieng maupun sekitaran Magelang seperti candi Borobudur dan Prambanan, menggunakan material batu andesit. Material lain yang juga kerap digunakan untuk membangun candi adalah batu bata, yang terbuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Batu ini dapat menyerap panas dengan baik. Bata merah sudah sangat umum digunakan sebagai material bangunan di Indonesia, dari zaman dulu hingga saat ini. Tanah yang digunakan untuk pembuatan bata bukanlah sembarang tanah. Tanah tersebut harus yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan. Faktor yang Melatarbelakangi Pilihan Material Candi Bata yang dipakai di Indonesia adalah jenis bata bakar, yang baru hadir pada permulaan awal sejarah Nusantara bersamaan dengan masuknya budaya Hindu-Budha dari India ke Nusantara. Sebagian pendapat menyebutkan, penggunaan batu bata lebih muda daripada material batu andesit. Pendapat ini berpangkal dari kategorisasi seni bangun candi ke dalam dua langgam gaya seni, sebagaimana dikemukakan oleh Soekmono 1973 81, yakni candi berlanggam Jawa Tengahan yang dibangun pada periode antara abad ke-7 sampai abad ke-11 Masehi, dan candi berlanggam Jawa Timuran yang dibangun pada periode antara abad ke-13 sampai abar ke-16 Masehi. Di antara keduanya, terdapat langgam transisi yang dibangun antara abad ke-12 sampai abad ke-13 Masehi Soekmono, 1973 81. Pada kategorisasi ini, candi berlanggam seni Jawa Timuran dinyatakan sebagai berbahan bata. Padahal, bahan material yang digunakan, apakah bata atau batu, tidaklah terkait langsung dengan langgam seni ataupun lapis masa. Pilihan material ini lebih dipengaruhi oleh ketersediaan jenis material di lingkungan sekitar tempat pembangunan candi, dan kesakralan bangunan yang bersangkutan. Pada dasarnya, Bambang Perkasa Alam © 2020 This work is licensed under a CC-BY-NC sebagai bangunan sakral, material yang digunakan dalam pembangunan candi harus kuat dan tahan lama, seperti batu. Batu kali andesit, batu kapur, atau batu padas keras, yang dalam bahasa Jawa disebut curing, tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup di lingkungan sekitar pembangunan. Oleh karena itu, penggunaan material lain tidak dapat dihindari, antara lain batu bata. Batu bata yang digunakan biasanya adalah bata berukuran besar dan tebal. Kualitas pembakaran yang matang akan membuat batu bata tersebut tahan usia. Bangunan candi-candi yang menggunakan material batu bata umumnya berada jauh dari areal gunung berapi. Pada candi-candi ini, material yang kemudian kerap digunakan, di samping batu bata, adalah kayu keras untuk bagian dinding dan atap. Kalaupun batu dipakai, umumnya hanya untuk bagian tertentu. Misalnya, sebagai media pahat bagi ragam hias candi, batu pengunci key stone, arca dewa, dan sebagainya. Untuk bangunan-bangunan profan, digunakan batu bata untuk komponen pondasi, gapura, pagar, dan sebagainya, sedangkan pada bagian lain digunakan bahan-bahan yang tidak tahan usia, seperti kayu, bambu, atau ilalang. Akibatnya, bagian bangunan-bangunan ini kini tidak lagi tersisa jejaknya. Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan material batu bata pada candi juga berusia tua, yakni sekitar abad ke-6 sampai ke-10 Masehi. Periode ini relatif sezaman dengan Kerajaan Tarumanegara. Dari periode ini ditemukan jejak arsitektur berlatar keagamaan Budha Mahayana yang berada di situs Batuhaya, Kabupaten Krawang, Jawa Barat. Di situs tersebut ditemukan hampir dua puluh reruntuhan bangunan batu bata, yang tersebar pada areal persawahan seluas 5 km2. Situs lain yang bisa dikatakan sezaman, yang terbuat dari batu bata adalah kompleks percandian Hindu pada situs Cibuaya di Pedes, Krawang. Selain itu, ditemukan juga reruntuhan candi dari batu bata di Kampung Sukamaju, Desa Sukajaya, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, yang dinamai Candi Binangun. Jejak bangunan candi berbahan batu bata didapati pula di sekitar candi Borobudur, yang berupa candi-candi bukur candi kecil, dari sekitar abad ke-8 Masehi. Salah satu di antaranya adalah Candi Banon Attewell & Farmer, 1976. SIMPULAN Tidak semua candi menggunakan batu andesit sebagai bahan pembangunnya. Batu bata juga digunakan sebagai material pembangun pada beberapa candi, khususnya di daerah Jawa Timur. Penggunaan Batu andesit banyak digunakan pada candi yang dibangun di daerah yang dekat dengan pegunungan, sehingga tersedia material batu andesit yang melimpah, terutama di daerah aliran sungai. Adapun batu bata banyak digunakan pada candi yang letaknya jauh dari gunung berapi. Pada daerah berdirinya candi-candi ini umumnya berlimpah material pembentuk batu bata, yaitu tanah liat. Penggunaan kedua material secara bersamaan pun bisa terjadi, yakni untuk fungsi bangunan berbeda, di mana candi menggunakan batu andesit, sedangkan bangunan penunjang menggunakan batu bata. Dari hasil pembahasan diperoleh pemahaman bahwa pilihan penggunaan material pembangun, apakah batu andesit atau batu bata, tidak berhubungan secara langsung dengan periodesasi pembangunan candi, melainkan dengan ketersediaan bahan dan kesakralan bangunan. Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC DAFTAR PUSTAKA Attewell, P. B., & Farmer, T. W. Principles of Engineering Geology. John Wiley & Sons, Inc., 1976. Dumarçay, Jacques. Candi Sewu dan Arsitektur Bangunan Agama Budha di Jawa Tengah. Kepustakaan Populer Gramedia, 2007. Hannigan, Tim. A Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation. TUTTLE Publishing, 2015. Maryanto, Daniel A. Seri Fakta dan Rahasia di Balik Candi Mengenal Candi. Citra Aji Parama, 2007. Soekmono, R. The Javanese Candi, Function and Meaning. E. J. Brill, 1995. -. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, 1973. Supriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006. Yudoseputro, Wiyoso. Pengantar Wawasan Seni Budaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. ... Sementara itu untuk candi yang berada di daerah Jawa Tengah hampir semua menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utama pembangunan candi dan juga ada sedikit yang menggunakan batu putih atau batu kapur. Candi pada umumnya dalam proses pembangunan tidak berhubungan dengan periode waktu ataupun ketersediaan bahan material tetapi lebih dipengaruhi lokasi pembangunan Alam, 2020. ...Jessica Aprilia PoernamaHeristama Anugerah PutraIndonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak warisan budaya yang terlahir dari masa prasejarah. Peninggalan secara fisik yang ada saat ini banyak berupa bangunan candi. Candi sendiri memiliki fungsi utama pada zamannya sebagai tempat persembahyangan kepada dewa ataupun sebagai istana suatu kerajaan. Candi yang ada berasal dari peradaban kelahiran dan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Kedua agama ini menjadi agama tertua dan yang pertama kali masuk ke Indonesia. Candi di Indonesia sendiri paling banyak berada di Pulau Jawa tepatnya di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lokasi tempat terbangun dan berdirinya candi dikedua provinsi ini disesuaikan dengan jarak sumber untuk material utamanya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan geografis tempat berdirinya lokasi candi-candi tersebut yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan komparatif membandingkan data yang didapat antara candi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah didasarkan letak geografisnya. Hasil yang diharapkan yaitu dapat mengetahui lebih jelas penggunaan material batuan candi yang didasarkan pada letak, jarak dan kondisi geografis dari sumber utama bahan batuannya. Umumnya jenis material utama batuan yang digunakan untuk pembangunan candi dikedua provinsi ini dikaitkan karena kedekatan dengan sumber material dan lokasi terbangunnya candi.... Sementara itu untuk candi yang berada di daerah Jawa Tengah hampir semua menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utama pembangunan candi dan juga ada sedikit yang menggunakan batu putih atau batu kapur. Candi pada umumnya dalam proses pembangunan tidak berhubungan dengan periode waktu ataupun ketersediaan bahan material tetapi lebih dipengaruhi lokasi pembangunan Alam, 2020. ...Jessica Aprilia PoernamaHeristama Anugerah PutraIndonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak warisan budaya yang terlahir dari masa prasejarah. Peninggalan secara fisik yang ada saat ini banyak berupa bangunan candi. Candi sendiri memiliki fungsi utama pada zamannya sebagai tempat persembahyangan kepada dewa ataupun sebagai istana suatu kerajaan. Candi yang ada berasal dari peradaban kelahiran dan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Kedua agama ini menjadi agama tertua dan yang pertama kali masuk ke Indonesia. Candi di Indonesia sendiri paling banyak berada di Pulau Jawa tepatnya di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lokasi tempat terbangun dan berdirinya candi dikedua provinsi ini disesuaikan dengan jarak sumber untuk material utamanya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan geografis tempat berdirinya lokasi candi-candi tersebut yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan komparatif membandingkan data yang didapat antara candi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah didasarkan letak geografisnya. Hasil yang diharapkan yaitu dapat mengetahui lebih jelas penggunaan material batuan candi yang didasarkan pada letak, jarak dan kondisi geografis dari sumber utama bahan batuannya. Umumnya jenis material utama batuan yang digunakan untuk pembangunan candi dikedua provinsi ini dikaitkan karena kedekatan dengan sumber material dan lokasi terbangunnya Putu Sathya DharmaGusti Ayu Made SuartikaCandi bentar is a gate or the main door to enter a specific area, such as temple and palace in Bali. However, in the current situation, it can be found in many entries points to various premises, including a border between areas, a house, and public facilities. Puru Sada Temple, one of Kahyangan Jagat Temples located in Badung Regency of Bali Province, has a candi bentar, which at first glance similar to that of the Wringin Lawang Temple - a legacy of the Majapahit Kingdom of East Java. In terms of scale, however, the size of the Puru Sada Temple’s candi bentar is smaller. The purpose of this study is to discuss the visual characters of candi bentar in places that functioned for worship by taking Puru Sada Temple as its case study. The study used a descriptive qualitative approach. Its analysis is supported by relevant views offered by both Yudoseputro 2008 and Ching 1991. This study finds that intimacy has been a dominant visual character supported by the existence of sacred ornaments that are considered as guarding figures. Keywords visual character; candi bentar; gate; Puru Sada Temple Abstrak Candi bentar adalah gerbang atau pintu utama dalam memasuki area khusus seperti pura maupun puri di Bali. Namun saat ini candi bentar dapat ditemukan di berbagai tempat seperti perbatasan daerah, rumah tinggal, dan fasilitas umum. Pura Puru Sada termasuk dalam Pura Kahyangan Jagat berlokasi di Badung memiliki candi bentar yang sekilas mirip dengan Gapura Wringin Lawang peninggalan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Namun ukuran candi bentar Pura Puru Sada lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah membahas karakter visual candi bentar di tempat suci dengan mengambil Pura Puru Sada sebagai studi kasus. Penelitian ini menggunakan pedekatan kualitatif deskriptif. Dianalisa dengan teori relevan yang ditawarkan oleh Yudoseputro 2008 dan Ching 1991. Studi ini menemukan jika intimasi merupakan karakter visual dominan yang didukung dengan adanya ornamen sakral sebagai sosok penjaga. Kata kunci karakter visual; candi bentar; gapura; Pura Puru SadaHudaidah HudaidahElsabelaClassical ruins in South Sumatra are often engrossed in the existence of the Srivijaya kingdom in the past. This is because the reign of Srivijaya lasted a long time from the VII century to the XIV century AD. One of the classical or Hindu influences is the Bumiayu temple in the village of Bumiayu in the Tanah Abang sub-district. The Bumiayu temple complex is a joint temple complex between Buddhists and Hindus. Based on these findings, it is interesting to study how temples for Hindu worship can coexist with Buddhist temples. The purpose is to describe the Hindu place of worship during the Srivijayan era at Bumiayu Temple. This research method uses a historical methodology. The conclusion that can be drawn is that the Bumiayu temple is a place of relics and worship of gods as well as a place of worship for the ancestors of Hindus during the Sriwijaya B. Attewell Isaac FarmerThis book discusses basic principles as well as the practical applications of geological survey and analysis. Topics covered include the mechanical and physical response of rocks, rock masses and soils to changes in environmental conditions, and the principles of groundwater flow. The core of the book deals with the collection of geological and technical data, its subsequent analysis, and application to design. The combination of rigorous and detailed discussion of theory and well-illustrated examples made the book an indispensable reference source and ideal course book for both geologists and civil Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest NationTim HanniganHannigan, Tim. A Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation. TUTTLE Publishing, SoekmonoThe JavaneseCandiSoekmono, R. The Javanese Candi, Function and Meaning. E. J. Brill, 1995. -. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, Grafindo Media PratamaNana SupriatnaSejarahSupriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006.BerandaBentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umu...PertanyaanBentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan akulturasi budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Nusantara. Wujud akulturasi dari keduanya dapat terlihat dari adanya ….Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan akulturasi budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Nusantara. Wujud akulturasi dari keduanya dapat terlihat dari adanya …. gambar binatanggambar bunga teratai gambar perahu bercadik Stupa dan Punden berundak kepala kala dan gambar alam AAA. AcfreelanceMaster TeacherJawabanjawaban yang benar adalah yang benar adalah akulturasi budaya Hindu-Buddha dari India dengan budaya asli dari Nusantara yang dapat kita lihat di candi-candi yang ada di Indonesia salah satunya adalah adanya bangunan stupa yang merupakan ciri candi yang ada di India. Sedangkan punden berundak atau tangga yang ada dalam bangunan candi-candi di Nusantara adalah hasil kebudayaan asli nenek moyang kita sejak Zaman Pra-Aksara. Dengan demikian, jawaban yang benar adalah akulturasi budaya Hindu-Buddha dari India dengan budaya asli dari Nusantara yang dapat kita lihat di candi-candi yang ada di Indonesia salah satunya adalah adanya bangunan stupa yang merupakan ciri candi yang ada di India. Sedangkan punden berundak atau tangga yang ada dalam bangunan candi-candi di Nusantara adalah hasil kebudayaan asli nenek moyang kita sejak Zaman Pra-Aksara. Dengan demikian, jawaban yang benar adalah D. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!3rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!WtWilda tri Ramadhani Makasih ❤️©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia. 403 317 337 25 288 385 168 438